Friday, March 4, 2016

Makna Mantra Gayatri


BHAKTI UNTUK MENUMBUHKAN INTELEK TENTANG JATI DIRI


Dalam Bhagawad Gita Bab X sloka 10 disabdakan sebagai berikut:

eshaam satatayuktaanaam bhajataam preetipoorvakam |
dadaami buddhiyogam tam yena maamupayaanti te || 10 ||


Mereka yang terus-menerus terlibat (dalam diriku) dan menyembahku dengan pengabdian(bakti), aku memberkati mereka dengan yoga intelek yang memungkinkannya  mencapai aku.


teshaam : mereka
satatayuktaanaam : senantiasa terlibat
bhajataam : memuja
preetipoorvakam : dengan bakti
dadaami : Aku menganugrahkan
buddhiyogam : yoga intelek
tam : itu
yena : dengan
maam : aku
upayaanti : mencapai
te : mereka

Para bhakta yang sejati terhadap Hyang Widhi bisa mendapatkan kebahagiaan hakiki dengan mewacanakan dan meleburkan pikiran mereka kepada Brahman. Bakti dan ibadat yang dilaksanakan dengan penuh kesenangan dan pengabdian hanya akan menghasilkan hasil yang sangat menyenangkan. Mereka yang menunjukkan bakti yang tak kenal menyerah dan bersemangat dinamakan “satata yuktaanam” oleh Shri Krishna karena mereka secara terus menerus terhubung dengan Hyang Widhi. Krisna sebagai perwujudan Tuhan disini menyatakan bahwa Hyang Widhi akan menganugrahkan kepada bakta yang demikian dengan “buddhi yoga”, sebuah intelek dan pemahaman yang superior.

Sebagian dari kita biasanya akan mengharapkan Hyang Widhi untuk menganugrahkan pemujanya yang setia dan serius dengan kemakmuran materi dan kekayaan. Ini sudah pasti karena pada bab sebelumnya dalam Bhagawad Gita sudah dinyatakan dengan jelas bahwa Shrri Krisna menjanjikan kita bahwa Tuhan akan membawakan kebutuhan materi bagi para pemujanya. Tetapi menurut Gita ini adalah anugrah yang bentuknya lebih rendah dibandingkan dengan pengetahuan sejati tentang diri. Anugrah tertinggi yang bisa didapat oleh manusia bukannya anugrah materi tetapi pengetahuan
intelektual. Tidak ada obyek, kekayaan, atau status sosial yang melebihi keutamaan pengetahuan tentang Brahman dan kebenaran tentang jati diri.

Apa sebenarnya hasil dari pemahaman intelektual atau budhi yogam itu sendiri? Pengetahuan ini adalah kemampuan untuk melihat Iswara atau Tuhan dalam segalanya, dan segalanya ada dalam Iswara. Jika seseorang memberitahu kita bahwa kalung yang hilang sesungguhnya ada dileher kita, kita tidak perlu melakukan apa-apa atau pergi mencarinya kemana-mana untuk menemukannya. Kita sudah tahu dimana harus mencarinya. Demikian juga pengetahuan atau visi yang dianugrahkan oleh Nya memungkinkan kita dapat melihatnya dimana-mana dan dalam segala benda. Ini adalah visi
keseimbangan bathin seperti yang disebutkan pada Bab VI BG.

Lebih lanjut dalam sloka selanjutnya (Bhagavad Gita Bab X Sloka 11) di  sabdakan:
Teshaam evaanukampaartham aham ajnyaanajam  tamaha |
Naashayaamy aatma bhaavastho jnaanadeepena bhaasvataa || 11 ||

Kepada mereka, karena kasih sayang-Ku, Aku menghancurkan kebodohan yang menyelimuti hati mereka, yang timbul karena kebodohan, dengan menyinarinya dengan pelita cahaya pengetahuan kebijaksanaan.

teshaam : kepada mereka
eva : hanya
anukampaartham : karena kasih Sayang
aham : aku
ajnyaanajam : lahirnya kebodohan
tamaha : kegelapan
naashayaami : Aku menghancurkan
aatmabhaavasthaha : yang bersemayam dalam hati mereka
jnaanadeepena : lampu/pelita pengetahuan
bhaasvataa : brilian

Shri Krishna melukiskannya dengan gambaran yang begitu indah disini untuk mengilustrasikan anugrah Tuhan seperti yang digambarkan pada sloka sebelumnya. Seperti sebuah pelita atau lampu yang menyala dan melenyapkan kegelapan, begitulah kasih sayang Tuhan menyalakan yoga intelek yang menghancurkan kebodohan dari hati orang yang menjadi pemujanya.

Shankaraachaarya mengomentari sloka ini dengan memberikan ilustrasi tentang lampu yang terdiri dari wadah lampu/minyak, sumbu dan minyak. Wadah lampu adalah kualitas vairagya atau terkendalikannya hawa nafsu, sumbu adalah brahmacharya atau berpikir konstan terhadap Brahman dan minyak adalah prasaada buddhi atau keinginan untuk menerima segala sesuatu dalam hidup sebagai anugrah dari Tuhan. Lampu tetap akan terjaga hidup  dengan tiupan angin lembut dalam bentuk bhakti dan sembah yang konstan kepada Hyang Widhi tetapi akan padam oleh pikiran yang
cemar karena kecenderungan terlalu suka atau tidak suka.

Jadi dengan demikian Bhagad Gita bab X sloka 10 dan 11 mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan akan memelihara dan menjaga para baktanya. Tuhan akan memastikan bahwa kebutuhan materinya akan terpelihara. Tetapi yang paling penting adalah, Brahman akan memastikan kebodohan yang merupakan sumber kegelapan akan dihancurkan dan kita dididik secara spiritual. Yang dibutuhkan adalah bakti dan melakukan penyerahan diri total kepadaNya dan inilah jalan bakti.

Dalam sloka selanjutnya yaitu sloka 12 Arjuna tidak bertanya lagi tentang bakti marga tetapi memuja Shrii Krisna sebagai perwujudan Tuhan. Sloka ini sangat baik digunakan sebagai pujian kepada Tuhan untuk mewujudkan rasa bakti kita.

Arjuna uvaacha:
param brahma param dhaama pavitram paramam bhavaan |
purusham shaashvatam divyamaadidevamajam vibhum || 12 ||

Arjuna berkata:
Engkau adalah Parama Brahma, tempat kediaman tertinggi, yang tersuci, purusa Ilahi, kekal abadi, dewata utama, tak terlahir, maha kuasa meliputi semuanya.

param : Ilahi
brahma : absolut
dhaama : kediaman
pavitram : suci
bhavaan : Engkau adalah
purusham : person
shaashvatam : abadi
divyam : Ilahi
aadidevam : dewta utama
ajam : melampaui kelahiran
vibhum : meliputi semuanya

Nunas Sugra

Om Suastiastu,


Blog ini merupakan pemotivasi bagi saya untuk belajar tatwa. Ada yang mengatakan jika kita menuliskan apa yang kita baca atau dengar berarti kita belajar dua kali lipat dari pada sekedar membaca dan mendengar kemudian membiarkannya. Catatan-catatan kecil ini mudah-mudahan dapat mengingatkan tentang salah satu perjalanan hidup dalam upaya untuk menumbuhkan intelek budhi agar keserdasan muncul sebagai cahaya penghapus awidya.

Suksma

Om Santi Santi Santi Om